Pages

Subscribe:

Selasa, 14 Januari 2014

HUBUNGAN PENGETAHUAN IBU HAMIL TENTANG ANEMIA DEFISIENSI BESI DENGAN KEPATUHAN DALAM MENGKONSUMSI TABLET ZAT BESI DI BIDAN PRAKTEK SWASTA CUT MARYAMAH T RINGGADENG TAHUN 2012

Kekurangan zat besi di dalam tubuh disebabkan oleh kekurangan konsumsi zat besi 
yang berasal dari makanan atau rendahnya penye rapan yang ada didalam makanan.
Berdasarkan hasil survey pendahuluan yang dilakukan di Bidan Praktek Swasta Cut Maryamah, dari 8 orang responden hanya 3 orang ibu (37,5%) saja yang patuh minum
 tablet Fe Setiap malamnya.
Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui Hubungan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang 
Anemia Defisiensi Besi dengan kepatuhan mengkonsumsi tablet zat besi di bidan 
 Praktek Swasta Cut Maryamah Tringgadeng.
Jenis Penelitian adalah survey analitik dengan pendekatan Cross Sectional . Pengumpulan data dilakukan dengan membagian kuesioner yang berisikan 22 pertanyaan. Uji statistik
yang digunakan adalah uji chi square dengan program Statistical Package For 
Social Sciense (SPSS) dengan program computer. Semua Ibu Hamil trismester 
II yang berkunjung ke bidan
praktek Swasta Cut Maryamah pada bulan Maret-Mei dengan jumlah 237 orang dan
 besar sampel yaitu 38 oranng.
Pengumpulan data dilakukan pada tanggal 24 Agustus-02 September 2021.Dari 16 
responden yangberpengetahuan baik ada 10 responden (62,5%) yang patuh dalam mengkonusumsi tablet Fe dan hanya 6 responden (37,5%) yang kurang patuh dalam mengkonsumsi tablet Fe. Ada hubungan antara pengetahuan ibu dengan 
kepatuhan dalam Mengkonsumsi Tablet Fe p=0,001 (p<0,05).
Kesimpulan penelitian adalah ada Hubungan Pengetahuan IBu hamil Tentang Anemia Defisiensi Besi Dengan Kepatuhan Dalam Mengkonsumsi Tablet Zat Besi di 
Bidan Praktek Swasta Cut Maryamah Trie nggadeng Tahun 2012.
Diharapkan bagi ibu hamil hendaknya lebih memperhatikan kesehatan dirinya
dengan mengkonsumsi makanan yang bergizi dan mengkonsumsi tablet Fe sesuai dengan 
kepatuhan selama hamil

 naskah aslinya, silahkan... >>Baca Disini ya...

ANEMIA DEFISIENSI BESI

 Anemia merupakan masalah medik yang paling sering dijumpai di klinik di seluruh
dunia, disamping sebagai masalah kesehatan utama masyarakat, terutama di negara
berkembang. Diperkirakan lebih dari 30% penduduk dunia atau 1500 juta orang menderita
anemia dengan sebagian besar tinggal di daerah tropik. Pada tahun 2002, anemia defisiensi besi dikatakan memiliki faktor kontribusi terpenting untuk beban penyakit global.
 
Anemia didefenisikan sebagai penurunan jumlah massa eritrosit (red cell mass) dan/atau massa hemoglobin sehingga tidak dapat memenuhi fungsinya untuk membawa oksigen dalam jumlah yang cukup ke jaringan perifer (penurunan oxygen carrying capacity)

Ayo baca lebih lanjut...
Download Disini.. <<

Pengaruh suplementasi zat besi satu dan dua kali per minggu terhadap kadar hemoglobin pada siswi yang menderita anemia


ABSTRAK
Kelompok remaja putri merupakan kelompok yang sangat rentan terhadap anemia padahal mereka merupakan sumber daya manusia yang harus dilindungi karena potensinya yang sangat besar dalam upaya pembangunan kualitas bangsa. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan pengaruh suplementasi TTD satu kali per minggu dan dua kali per minggu terhadap kenaikan kadar hemoglobin (Hb) siswi penderita anemia yang sudah
menstruasi di SLTP Kota Tangerang. Disain penelitian adalah non-blinded randomized experiment

Subyek
penelitian dikelompokkan menjadi dua kelompok yaitu kelompok perlakuan suplementasi TTD satu kali per minggu (40 orang) dan dua kali per minggu (38 orang). Pemberian suplementasi TTD diminum di depan peneliti diberikan selama 11 minggu. Hasil penelitian menunjukkan tidak terdapat perbedaan kenaikan kadar Hb yang
bermakna antara kedua kelompok intervensi tersebut (p=0,31). Rata-rata kenaikan kadar Hb siswi yang diberikan suplementasi 1 kali per minggu adalah sebesar 2,20 g/dl sedangkan yang diberikan suplementasi 2 kali perminggu sebesar 2,28 g/dl. Dengan demikian intervensi pemberian suplementasi zat besi, disertai dengan memonitor konsumsi TTD, dapat diberikan cukup satu kali per minggu karena hasilnya terhadap kenaikan kadar Hb tidak berbeda dengan pemberian suplementasi TTD dua kali per minggu

untuk lebih lanjut...
Silahkan Klik Disini.....

Ternyata Teh Dapat Menghambat Penyerapan Zat Besi

Teh diketahui mempunyai banyak manfaat kesehatan, antara lain menurunkan risiko terjadinya penyakit kardiovaskuler
(Hertog, 1997)
dan menghambat perkembangan kanker (Yang C et al., 2000), mempunyai efek untuk menjaga
kesehatan gigi dan mulut karena kandungan natural florida yang dimilikinya dapat mencegah terjadinya karies pada gigi
(Jones C et al., 1999), mengurangi risiko terjadinya patah tulang pada usila karena densitas tulang pada mereka yang
minum teh lebih baik daripada mereka yang tidak minum teh (Hegarty et al., 2000), Hindmarch et al. 2000
melaporkan bahwa konsumsi teh dapat meningkatkan kondisi kognitif dan psikomotor pada orang dewasa. Curhan et al,
1998, melaporkan bahwa adanya hubungan yang negatif antara konsumsi teh dengan kejadian batu ginjal pada wanita
usia 40-65 th. Setelah dikontrol oleh variabel pengganggu, konsumsi teh sebanyak 240 ml per hari dapat menurunkan
risiko terjadinya batu ginjal sebesar 8%.
 
Walaupun teh mempunyai banyak manfaat kesehatan, namun ternyata teh juga diketahui menghambat penyerapan zat
besi yang bersumber dari bukan hem (non-heme iron). Hurrell RF, Reddy M, dan Cook JD, 1999
melaporkan bahwateh hitam dapat menghambat penyerapan zat besi non-heme sebesar 79-94% jika dikonsumsi bersama-sama.
 
Anemia kekurangan zat besi pada anak-anak di Arab Saudi dan di Inggris juga dilaporkan berhubungan dengan
kebiasaan minum teh (Gibson, 1999). Dilaporkan juga bahwa dampak dari interaksi teh dengan zat besi ini bergantung
pada status konsumsi zat besi dan karakteristik individu.
 
Usia Lanjut (Usila) merupakan keadaan alamiah yang dialami oleh setiap orang ketika telah mencapai umur tertentu.
Menurut UU no. 13 tahun 1998 tentang Kesejahteraan Usia Lanjut yang dimaksud dengan kelompok usia lanjut adalah
seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun atau lebih.
Jumlah dan proporsi penduduk usila di Indonesia semakin lama semakin meningkat, seiring dengan peningkatan
kualitas hidup dan pelayanan kesehatan, telah terjadi peningkatan umur harapan hidup penduduk Ind
 untuk selanjutnya..
Silahkan baca disini...

Anemia Gizi Besi (AGB)

Anemia Gizi Besi (AGB)
 
Masalah anemia gizi di Indonesia terutama yang berkaitan
dengan kekurangan zat besi (AGB). Penyebab masalah AGB adalah
kurangnya daya beli masyarakat untuk mengkonsumsi makanan
sumber zat besi, terutama dengan ketersediaan biologik tinggi (asal
hewan), dan pada perempuan ditambah dengan kehilangan darah
melalui haid atau persalinan. AGB menyebabkan penurunan
kemampuan fisik dan produktivitas kerja, penurunan kemampuan
berpikir dan penurunan antibodi sehingga mudah terserang infeksi.
Penanggulangannya dilakukan melalui pemberian tablet atau sirup
besi kepada kelompok sasaran.

STATUS GIZI BESI ANAK SEKOLAH DASAR (9 - 12 Th) YANG DIBERI PERMEN SUSU FORTIFIKASI BESI

Prevalensi anemia gizi besi pada anak Sekolah Dasar masih cukup tinggi.
Terjadinya anemia gizi besi dapat disebabkan oleh beberapa faktor, di
antaranya kurangnya kandungan zat besi dalam makanan, adanya zat penghambat penyerapan besi, parasit di dalam tubuh dari makanan, dan kejadian banyak kehilangan darah.Salah satu upaya penanggulangan yang dapat dilakukan adalah dengan pemberian makanan yang difortifikasikan dengan besi.
 
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui status gizi anak sekolah dasar yang
mengalami defisiensi besi dengan pemberian permen susu yang difortifikasi besi.
Penelitian dilaksakan di Sekolah Dasar Negeri Pinang Jaya yang
termasuk ke dalam
daerah rawan gizi
 untuk selanjutnya... silahkan >>
Klik Disini...

FAKTOR DETERMINAN GI ZI PADA ANEMIA REMAJ A PUTRI DI SMA NEGER I 2 SEMARANG

Remaja putri berisiko tinggi menderita anemia, karena pada masa ini terjadi peningkatan
kebutuhan zat besi akibat pertumbuhan dan adanya menstruasi. Zat gizi yang bersangkutan dengan kejadian anemia adalah zat besi, protein, vitamin A, folat, vitamin B12, vitamin C, vitamin B2, vitamin B6, dan seng. Selain itu kalsium, tanin, fitat dan oksalat juga terlibat, karena zat-zat ini merupakan penghambat absorpsi besi. 
 
Tujuan penelitian ini untuk menjelaskan faktor determinan gizi pada anemia remaja putri di SMA Negeri 2 Semarang.
 
Metode :Desain penelitian cross sectional. Jumlah subjek 65 dipilih secara propotional random sampling dari seluruh kelas X, XI dan XII yang memenuhi kriteria inklusi. Data asupan diperoleh dengan semi quantitative food frequency. Data hemoglobin diukur dengan cyanmehtemoglobin. Analisis multivariat digunakan regresi linier gand

 untuk lebih lanjut....
Baca Disini ya ..

Anemia pada ibu hamil

Anemia pada ibu hamil merupakan masalah kesehatan terkait dengan insidennya yang tinggi dan komplikasi yang dapat timbul baik pada ibu maupun pada janin. Di dunia 34 % ibu hamil dengan anemia dimana 75 % berada dinegara sedang berkembang (WHO, 2005 dalam Syafa, 2010). Di Indonesia, 63,5% ibu hamil dengan anema(Saifudin, 2006), di Bali 46, 2 %ibu hamil dengan anemia (Ani dkk., 2007), dan di RSUD Wangaya Kota Denpasar 25, 6 % ibu hamil atermdengan anemia (CM RSUD Wangaya, 2010). Ibu hamil dengan anemia sebagian besar sekitar 62,3 % berupa anemia defisiensi besi (ADB) (Wiknjosastro, 2005)
 
 untuk melihat naskah aslinya, silahkan...

ANEMIA GIZI, MASALAH DAN PENCEGAHANNYA

Program suplementasi tablet besi (Fe) pada ibu hamil telah berlangsung ± 30 tahun, namun anemia gizi masih menjadi masalah kesehatan, khususnya anemia gizi ibu hamil yaitu sebesar 24,5% (Riskesdas 2007). Hal ini yang mendorong penulis untuk melakukan penelitian untuk mencegah dan mengurangi kejadian anemia gizi pada ibu hamil. Melalui model pendampingan kader dalam memonitoring dan edukasi kepada ibu hamil mengenai tablet besi (Fe) dan anemia gizi dapat mengurangi kejadian anemia gizi ibu hamil. Salah satu upaya pencegahan yang dianggap efektif adalah melalui program pendidikan gizi tentang anemia gizi. 

Pemahaman tentang tablet besi (Fe) dan anemia gizi masih belum banyak diketahui, karena tidak banyak tulisan dan buku yang menjelaskan pengetahuan ini. Buku ini diawali dengan beberapa uraian tentang definisi, jenis-jenis anemia, faktor determinan, dan akibat anemia gizi, serta masalah anemia gizi. Bagian terbesar buku
ini menguraikan tentang Program dan Model pencegahan anemia gizi yaitu fortifikasi, suplementasi tablet besi (Fe), dan
edukasi kepada kader dan ibu hamil melalui pelatihan dan pendampingan ibu ha
untuk baca lebih lanjut  Klik Disini...
okee

Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi )


Permasalahan gizi yang ada di Indonesia pada umumnya dan di Jawa Timur pada khususnya, masih berkisar pada empat masalah utama, yaitu Kurang Energi dan Protein ( KEP ), Gangguan Akibat Kurang Iodium ( GAKI ), Kurang VitaminA ( KVA ), dan Anemia Gizi Besi ( AGB ).
 
Berkaitan dengan permasalahan tersebut, di Jawa Timur telah dilakukan
berbagai upaya penanggulangan, baik secara langsung maupun secara tidak langsung.
Pada beberapa tahun terakhir ini, telah dikembangkan suatu p
rogram yang mengambil sasaran keluarga, yang diharapkan mampu memberikan hasil yang
signifikan dalam menurunkan / mengurangi masalah gizi yang masih ada ini, yaitu
Program KADARZI (Keluarga Sadar Gizi). Di bawah ini diinformasikan tentang
gambaran tentang program kadarzi secara garis besar.

Buat teman-teman yang mau baca lebih lanjut, silahkan Baca Aja Disini :)

EFEK SUPLEMENTASI TABLET BESI FOLAT SATU MINGGU SEKALI TERHADAP KENAIKAN KADAR HEMOGLOBIN DAN STATUS GIZI PEKERJA WANITA ANEMIA

 
Anemia gizi merupakan salah satu masalah gizi utama di Indonesia, sebagian besar anemia gizi ini adalah anemia gizi besi. Anemia pada wanita kemungkinan disebabkan karena asupan makanan yang sedikit mengandung protein, zat besi dan vitamin. Resiko wanita relatif lebih tinggi untuk menderita anemia karena menstruasi, hamil dan menyusui anak. Penelitian dilaksanakan untuk mengetahui efek suplementasi tablet besi folat Terhadap kenaikan kadar hemoglobin dan status gizi pekerja wanita anemia. Metode Penelitian merupakan studi eksperimental /intervensi di lapangan, selama 8 minggu dari bulan September-Oktober 2005 di perusahaan sarang burung wallet, Banyumanik, Semarang. Responden 29 wanita anemia, diambil secara purposif. Kriteria responden adalah pekerja wanita usia subur, tidak sedang hamil dan tidak TBC atau penyakit keganasan. Data dikumpulkan meliputi karakteristik responden, kebiasaan makan dengan Food frekwensi, jumlah konsumsi dengan recall, Status gizi dan kadar Hb diukur pada awal dan akhir penelitian. Intervensi berupa besi-Folat yang diberikan satu minggu sekali selama 8 minggu. Tiga hari sebelum intervensi diberi obat cacing vermox 500 mg mebendazol dosis tunggal

Teks selanjutnya , silahkan >> Baca Disini aja..

STATUS GIZI, KEBIASAAN MAKAN DAN GANGGUAN MAKAN ( EATING DISORDER ) PADA REMAJA DI SEKOLAH

Remaja merupakan kelompok manusia yang berada diantara usia kanak-kanak dan dewasa (Jones, 1997). Permulaan masa remaja dimulai saat anak secara seksual menjadi matang dan berakhir saat mencapai usia matang secara hukum diakui hak-haknya sebagai warga negara. Remaja sering kali disebut adolescence(adolescere dalam bahasa latin) yang secara luas berarti masa tumbuh dan 2 berkembang untuk mencapai kematangan mental, emosional, social dan fisik (Hurlock, 1995). Masa remaja menurut WHO adalah antara 10–
24 tahun, sedangkan menurut Monks (1992) masa remaja berlangsung pada umur 12 sampai 21 tahun dengan pembagian masa remaja awal (12-15 tahun), masa remaja
pertengahan (15-18 tahun) dan masa remaja akhir (18-21 tahun

 untuk teks aslinya.. silahkan>>Download disini..

PENGARUH INTERAKSI, PE NGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PRAKTEK IBU DALAM PENCEGAHAN ANEMIA GIZI BESI BALITA


ABSTRAK
 
PENGARUH INTERAKSI, PENGETAHUAN DAN SIKAP TERHADAP PRAKTEK
IBU DALAM PENCEGAHAN ANEMIA GIZI BESI BALITA DI KOTA
PEKALONGAN

Keberhasilan pendekatan program pencegahan dan penanggulangan
anemia sangat tergantung pada partisipasi aktif masyarakat yang berdasar pada
analisis perubahan perilaku yang berupa penilaian pengetahuan, sikap dan
praktek yang ada di msyarakat. Dengan pendidikan gizi pada masyarakat yang
berorientasi pada perubahan-perubahan pola menu dan kebiasaan masyarakat
yang mengarah pada pencapaian kemandirian masyarakat. Penelitian ini
bertujuan untuk menganalisis pengaruh interaksi, pengetahuan dan sikap ibu
balita dengan praktek ibu balita dalam pencegahan anemia gizi besi balita.

Untuk selanjutnya,, mari  Baca Disini...

MENINGKATKAN PENGETAHUAN DAN SIKAP REMAJA PUTRI TENTANG ANEMIA GIZI BESI

Latar belakang :Remaja putri merupakan salah satu kelompok yang rentan mengalami anemia khususnya anemia karena kekurangan zat besi.
 
Pendidikan gizi perlu dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan sikap remaja putri mengenai anemia gizi besi. Pendidikan pada remaja dapat dilakukan dengan beberapa metode, diantaranya dengan metode ceramah dan diskusi kelompok.

 untuk membaca lebih lanjut...>>
Silahkan Download disini..

Senin, 13 Januari 2014

HUBUNGAN ASUPAN ZAT GIZI DENGAN KEJADIAN ANEMIA PADA WANITA PRAKONSEPSI

Masalah gizi dapat menurunkan status kesehatan yang berdampak buruk pada kualitas
sumber daya manusia, oleh karena itu upaya pe nanggulangan masalah gizi masyarakat harus di tingkatkan melalui program peningkatan kesehatan dan ekonomi. Anemia merupakan salah satu dari empat masalah gizi utama di Indonesia yang di alami oleh sekitar 51% ibu hamil (SKRT, 1995). Masalah anemia merupakan masalah gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia (Darlina, 2003).
Anemia Gizi Besi (AGB) merupakan salah satu masalah gizi di lndonesia dan
merupakan masalah gizi yang paling banyak dijumpai pada kelompok Wanita
Usia Subur(WUS). Kelompok WUS rentan terhadap AGB karena beberapa permasalahan yang dialami WUS seperti mengalami menstruasi tiap bulan, mengalami kehamilan,
kurang asupan zat besi makanan, infeksi parasit seperti malaria dan kecacingan serta mayoritasWUS menjadi angkatan kerja. Kondisi-kondisi inilah yang dapat memperberat AGB pada WUS sehingga tidaklah dipungkiri bahwa WUS sebagai kelompok yang rawan AGB dan
membutuhkan perhatian dalam penanganannya. Apabila AGB pada WUS tidak diatasi akan
mengakibatkan risiko kematian maternal, resiko kematian prenatal dan perinatal, rendahnya
akivitas dan produktifitas kerja sertameningkatnya morbiditas(Hastono, 2008

EVALUASI GIZI MIKRO MELALUI SURVEY CEPAT ANEMIA GIZI IBU HAMIL PROVINSI NTB TAHUN 2013

Anemia gizi yang disebabkan karena kekurangan zat besi masih merupakan masalah gizi
utama di Indonesia. Anemia adalah kondisi dimana kadar hemoglobin dibawah –2 standar deviasi (SD) rata-rata populasi normal pada jenis kelamin, kelompok umur tertentu (Yip,2001).
 
Menurut WHO setengah dari anak-anak dan wanita dan hampir seperempat  
dari laki-laki dinegara-negara berkembang, menderita anemia. Kira-kira 7-12% 
anak-anak dan wanita menderita defisiensi besi (Yip, 2001).
 
Berdasarkan survei sensus penduduk tahun 2000 menunjukkan bahwa dari 200 juta penduduk Indonesia, yang berisiko tinggi menderita anemia masih berkisar lebih dari 100 juta orang atau hampir setengah dari jumlah penduduk. Sementara itu data anemia berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) 1995 menunjukkan bahwa prevalensi anemia di Indonesia cukup tinggi dan masih merupakan masalah kesehatan masyarakat, 50,9% ibu hamil, 40,5% balita, 47,3% anak usia sekolah, 57,1% remaja putri, 39,5% WUS (Wanita Usia Subur), 48,9% usia produktif dan 57,9% usia lanjut, menderita anemia (Sunarko, 2002)

untuk naskah selanjutnya...
sillahkan download disjni ya :)

Cara Mendeteksi Anemia Gizi

    Menurut Muhilal (1998) kadar hemoglobin masih merupakan cara yang paling dapat dipercaya untuk menentukan status anemia sesorang. Cara yang cukup dianjurkan oleh Internasional Commite for Standardization in Hematology (ICSH) dan WHO adalah cara cyanmethaemologi. 
    Karena perlengkapan laboratorium kadang-kadang hanya terdapat pada tempat-tempat tertentu maka kemudian dipakai dengan cara menyimpan darah sebanyak 0.002 ml pada kertas saring kemudian di bawah ke laaboratorium untuk dilarutkan dengan pelarut Drapkin.

     Cara lain yang sudak dilakukan di Indonesia adalahSahli.
Banyaknya darah yang diambil sama dengan cara Cyanmethaemologi yaitu 0,002 ml.
Setelah dicairkan dengan NHCL pada tabung Sahli, pengenceran dilakukan sampai warna sama dengan standar warna gelas disampingnya, dan kadar Hb dapat dibaca secara langsung. Metode ini masih dianggap subyektif karena pembacaan dilakukan secara visual dan menurut penelitian pembacaan metode
Sahli masih perlu dikaitkan dengan faktor

untuk membaca lanjutannya... >
silahkan klik disini 

ANEMIA DEFISIENSI PADA BALITA

Berdasarkan hasil–hasil penelitian terpisah yang dilakukan dibeberapa tempat 
di Indonesia pada tahun 1980-an, prevalensianemia pada wanta hamil 50-70%,
anak belita30-40%, anak sekolah 25-35% dan pekerja fisik berpenghasilan rendah
30-40% (Husaini 1989). Menurut SKRT 1995, prevalensi rata–rata nasional pada ibu
hamil 63,5%, anak balita 40,1% (kodyat, 1993). Prevalensi anemia gizi yang tinggi pada 
anak sekolah membawa akibat negtif yaitu rendahnya kekebalan tubuh sehingga 
menyebabkan tingginya angka kesakitan.
Dengan demikian konsekuensi fungsional dari anemia gizi menyebabkan 
menurunnya kualitas sumberdaya manusia (scrimihow,1984).
Khusus pada anak balita, keadaan anemia gizi secara perlahan –lahan aka 
menghambat pertumbuhan dan perkambangan kecerdasan, anak – anak akan lebih
mudah terserang penyakit karena penurunan daya tahan tubuh,dan hal ini tentu akan 
melemahkan keadaan anak sebagai generasi penerus (wijayanti,T.1989)>
Penyebab utamanemia gizi adalah konsumsi zat besiyang tidak cukup dan absorbsi
 zat besi yang rendah dan pola makan yang sebagian besar terdiri dari nasi dan menu
yang kurang beraneka ragam.
Selain itu infestasi cacing tambang memperberat keadaan anemia yang diderita 
pada daerah–daerah tertentu terutama daerah pedesaan (Husaini,1989). 
Soemantri (1983), menyatakan bahwa anemia gizi juga dipengaruhi oleh
faktor–faktor lainseperti sosial ekonomi,pendidikan,status gizi dan pola makan, 
fasilitas kesehatan, pertumbuhan, daya tahan tubuh dan infeksi.
Faktor- faktor tersebut saling berkaitan.Selama ini upaya penanggulangan anemia
gizi masih difokuskan pada sasaran ibu hamil,sedangkan kelompok lainnya seperti bayi
,anak balita,anak sekolah dan buruh berpenghasilan rendah belum ditangani.
Padahal dampak negatif yang ditumbuhkan anemia gizi pada anak balita
sangatlah serius, karena mereka sedang dalam tumbuh kembang yang cepat, yang
nantinya akan berpengaruh terhadap perkembangan kecerdasannya.
Mengingat mereka adalah penentu dari tinggi rendahnya kualitas pemuda dan bangsa
kelak. Penganganan sedini mungkin sangatlah berarti bagi kelangsungan pembangunan.

untuk membaca penjelasan selanjutnya,

Angka Kasus Anemia Gizi Besi Pada Ibu Hamil



Kekurangan zat besi dapat menimbulkan penyakit yang disebut anemia gizi besi atau AGB. Penyakit ini bisa diderita siapa saja, terutama anak-anak, remaja, ibu hamil dan ibu menyusui. Perlu dilakukan diet agar kecukupan gizi terpenuhi terutama zat besi.

Anemia adalah suatu keadaan dimana komponen di dalam darah, yakni hemoglobin (Hb) dalam darah jumlahnya kurang dari kadar normal. Jika tidak segera ditangani anemia zat besi bisa menyebabkan gangguan kesehatan serius. Prevalensi anemia gizi besi di Indonesia cukup tinggi. Menurut data yang dikeluarkan Depkes RI, pada kelompok usia balita prevalensi anemia gizi besi pada tahun 2001 adalah 47,0%, kelompok wanita usia subur 26,4%, sedangkan pada ibu hamil 40,1%. Data WHO tidak kalah fantastis : hampir 30% total penduduk dunia diperkirakan menderita anemia.

Anemia zat besi biasanya ditandai dengan menurunnya kadar Hb total di bawah nilai normal (hipokromia) dan ukuran sel darah merah lebih kecil dari normal (mikrositosis). Tanda-tanda ini biasanya akan menggangu metabolisme energi yang dapat menurunkan produktivitas. Penyebab anemia gizi besi bisa disebabkan oleh beberapa hal. Seperti kurang mengkonsumsi makanan yang mengandung zat besi, menderita penyakit gangguan pencernaan sehingga menggangu penyerapan zat besi. Terjadi luka yang menyebabkan pendarahan besar, persalinan, menstruasi, atau cacingan serta penyakit kronis seperti kanker, ginjal dan penyakit hati.

AGB bisa diderita siapa saja, namun ada masa rentan AGB. Diantaranya pada masa kehamilan, balita, remaja, masa dewasa muda dan lansia. Pada ibu hamil, prevalensi anemia defisiensi berkisar 45-55%, artinya satu dari dua ibu hamil menderita AGB. Ibu hamil rentan terhadap AGB disebabkan kandungan zat besi yang tersimpan tidak sebanding dengan peningkatan volume darah yang terjadi saat hamil, ditambah dengan penambahan volume darah yang berasal dari janin. Wanita secara kodrat harus kehilangan darah setiap bulan akibat menstruasi, karenanya wanita lebih tinggi risikonya terkena AGB dibandingkan pria. Anak anak dan remaja juga usia rawan AGB karena kebutuhan zat besi cukup tinggi diperlukan semasa pertumbuhan.

untuk membaca teks selengkapnya...
silahkan download disini :)
Glitter Words